Singgah di Museum La Galigo

La Galigo dijumput dari nama putra Sawerigading Opunna Ware, tokoh epik Bugis, yang menikah dengan Wecudai Daeng Risompa dari Kerajaan Cina Wajo. Dalam perjalanan hidupnya, La Galigo menjadi Pajung Lolo, raja muda, bagi Kerajaan Luwu pada abad ke-14.

Namun ada pula yang menyebutkan bahwa namanya diambil dari Surek La Galigo, sebuah sastra klasik Bugis sepanjang sembilan ribu halaman. Isinya adalah tata budaya Bugis, beserta dengan adat istiadat dan budi pekerti.

Yang manapun etimologi sejatinya, boleh tidak boleh Museum La Galigo telah didapuk menjadi ikon bagi Fort Rotterdam dan Makassar. Museum ini sendiri mempunyai delapan belas ruangan yang masing-masing mempunyai karakteristik khusus dari koleksinya, meskipun semua tentu bernuansa Sulawesi Selatan.

Saya lupa sudah membayar berapa di pintu masuk. Namun petugas berkacamata yang duduk di kursi kayu pada bagian depan museum ini nampak sangat antusias menjelaskan isi museum. Bagi saya, antusiasme sudah merupakan setengah dari pelayanan.