Lima tahun perang berkecamuk di Kraton Jogjakarta, kolega-kolega Pangeran Ontowirjo sudah menyerah dan berguguran. Namun tidak Sang Pangeran pernah berpikir untuk mundur, beliau tetap bersikeras mengusir kolonialis londo dari tanah Mataram. Perundingan dengan Merkus de Kock di Magelang yang diharapkannya dapat menemukan titik terang justru menjadi titik akhir dari perjuangannya.
Sang Pangeran ditangkap Belanda dan dibuang jauh ke Manado. Dua tahun. Sebelum akhirnya kembali dikapalkan ke Makassar di sudut selatan Sulawesi.
Pangeran Diponegoro, nama tenar Ontowirjo, meninggal dan dimakamkan di tanah ini. Seiring dengan tumbuh pesatnya Makassar menjadi kota metropolitan dua abad kemudian, makam Sang Pangeran kini menjadi terletak di tengah-tengah kota, di tengah himpitan bangunan mall baru dan pertokoan yang ramai di pasar sentral.
Siapa yang tidak kenal Pangeran Diponegoro? Namun saya yakin tidak terlalu banyak yang tahu di mana beliau dimakamkan. Siang itu saya beruntung untuk bisa singgah sejenak di makam Sang Pangeran, masuk di sebuah kompleks yang berpagar hijau yang tidak dijaga seorang pun. Beberapa nisan putih besar tersudut di sisi kiri kompleks, seakan terabaikan dari sekitarnya yang sibuk dengan hiruk pikuk kehidupan.