“Muaro Jambi? Sebelah mana? Candi? Candi yang mana?” tukang ojek yang saya stop masih kebingungan dengan pertanyaan saya tentang tarif menuju kompleks percandian Muaro Jambi.
Celakanya Muaro Jambi adalah nama kabupaten, yang mana Kota Jambi adalah enclave yang membentuk teritori kantongnya. Dengan kata lain, apabila dari kota Jambi bergerak ke utara, selatan, barat, maupun timur, semuanya adalah Muaro Jambi! Dengan zona teritori kabupaten Muaro Jambi dan kota Jambi yang sedemikian rupa, akan sia-sia menggunakan posisi keduanya sebagai patokan arah.
Setelah berdiskusi sebentar dengan seorang kawannya, akhirnya tukang ojek itu setuju untuk mematok lima puluh ribu rupiah sekali jalan. Jadilah Wahyu dan saya masing-masing menyewa sebuah ojek untuk menjangkau kompleks percandian Muaro Jambi.
Jalan raya menuju Muaro Jambi beraspal mulus meskipun relatif sempit. Namun sebaiknya jangan terlalu berharap ada kendaraan umum yang rutin melintas karena situasi jalan raya sangat sepi.
Sekitar setengah jam kemudian, tibalah di kompleks percandian Muaro Jambi. Sebaris warung tersusun rapi di sepanjang jalan masuk menuju ke kompleks. Seorang petugas berkumis tebal menyobekkan dua lembar karcis dan kami menukarnya dengan selembar dua puluh ribuan. Dapat kembalian, tetapi entah saya lupa berapa jumlahnya.
Muaro Jambi bukanlah sebuah candi. Melainkan sebuah kota kuno, yang punya banyak candi. Terdapat puluhan candi di kompleks Muaro Jambi, baik yang sudah dipugar maupun yang masih berupa tumpukan batu amburadul.
“Sebenarnya kompleks candi ini lebih luas daripada Angkor Wat,” ungkap petugas Dinas Kepurbakalaan yang menemui kami berdua, “Sayangnya sebagian besar candi masih belum dipugar, serta asal-usulnya masih kami pelajari. Sebab tanpa studi yang komprehensif, maka candi-candi itu hanya berakhir menjadi bangunan tempat foto-foto semata, tanpa punya value apapun.”
Bapak itu benar. Bahkan latar belakang situs Muaro Jambi ini pun masih simpang siur. Sejumlah arkeolog berkeyakinan bahwa Muaro Jambi adalah ibukota dari sebuah Kerajaan Melayu. Sementara tidak sedikit pula yang mengisyaratkan kota ini dulunya pernah menjadi ibukota bagi Imperium Sriwijaya. Apapun itu nantinya, masih banyak misteri yang harus dipecahkan.