Kelapa di Lautan Lepas

Odigenes mengambil sebutir kelapa ceking dari kolong perahu. Kemudian tersenyum dan meminta saya memperhatikan apa yang dia lakukan. Dengan cekatan kulit kelapa muda tersebut dikupasnya, menjadi semakin tipis dan semakin tipis hingga akhirnya salah satu sisinya terbuka. Sebuah lubang menganga di salah satu permukaan kelapa tersebut dan menumpahkan sedikit air ke lantai perahu.

Saya tidak tahu, apakah orang Papua memang lazim mengupas kelapa dengan cara seperti itu. Berbeda dengan orang di Jawa yang memangkas penampang atas lebih dahulu, orang Papua mengupasnya hingga terlihat putih bagian dalam kelapa di setiap sisi kulitnya. Atau mungkin hanya Bapak Odigenes saja yang melakukan teknik nyentrik seperti itu.

Dengan tenang, saya menerima pemberian Odigenes dan meminumnya. Airnya terkesan hangat. Mungkin karena dijemur lama sekali di bawah sorot matahari yang tanpa ampun. Mengingatkan saya pada sekujur kulit tubuh saya yang sudah mulai kemerah-merahan.

Perahu kecil itu kembali bergerak lambat-lambat membelah perairan Waigeo. Sementara saya berbicara banyak dengan Odigenes, meskipun lebih banyak obrolan kami yang tak nyambung. Akhirnya saya harus berusaha mencari topik diskusi yang ringan misalnya tentang keluarga dan kampungnya.

Di Raja Ampat, minyak adalah barang mewah. Jadi jangan heran andaikata berperahu motor seperti ini cukup menyiksa kantong saya lantaran harus membeli bensin dalam jumlah besar. Sorong adalah salah satu penghasil minyak terbesar di Indonesia, namun sayangnya pusat pengolahan minyak terdekat ada di Balikpapan sehingga mereka tetap harus memprosesnya di sana dahulu sebelum memanfaatkannya.

Perjalanan ini sebenarnya jauh, namun celotehan Odigenes di sepanjang perjalanan membuatnya terasa tidak membosankan. Saya duduk sambil sesekali tertawa terbahak-bahak mendengar mopnya yang lugu.

Dari perairan Waigeo ini kami akan berlayar jauh menuju ke Teluk Kabui. Di sepanjang perjalanan akan banyak sekali pulau-pulau kosong yang akan disinggahi mungkin untuk sekedar berfoto atau menikmati alamnya yang masih perawan. Namun yang terpenting dari perjalanan ini adalah pembelajaran tentang kehidupan kalem masyarakat Raja Ampat.