Si Buta dari Kota Hanau

Kecintaan Rumphius terhadap flora dunia timur membawanya ke Ambon lima ratus tahun lalu. Berstatus sebagai pegawai East Indies Company milik Inggris, sang botanis melakukan penelitian ilmiah terhadap kekayaan alam Maluku.

Nama lengkapnya Georg Eberhard Rumphius. Meninggalkan kehidupan yang dingin di Hanau, Jerman, ke hangatnya nusantara membuat hidupnya berubah. Rumphius menghabiskan empat puluh tahun untuk menyelami alam tanah ini. Ia menikahi seorang gadis Ambon dan hidup di Ambon, tepatnya di kampung Hitu, pucuk jazirah Leihitu.

Jalan hidup Rumphius boleh dibilang tidak mulus. Sebagian besar karyanya terbakar habis dalam sebuah kebakaran yang melalap Ambon pada penghujung abad ke-17. Bahkan Rumphius mengalami kehilangan daya penglihatannya akibat glaukoma. Musibah tidak berhenti di situ, menurut catatan sejarah, sebuah tsunami menghantam Ambon pada tahun 1674, menewaskan istri dan anaknya.

Tidak seperti penduduknya, alam Ambon tidak pernah ramah kepada Rumphius. Namun semua peristiwa tersebut tidak membuat Rumphius berhenti mencintai Maluku. Selama satu dekade berikutnya, di dalam keadaan buta, ia berhasil menyelesaikan enam buku yang merevolusi ilmu botani dunia saat itu.

Karya terbesarnya, Herbarium Amboinense, dikirim ke Eropa pada tahun 1696. Sayangnya Inggris menilai karya tersebut terlalu banyak memuat informasi sensitif sehingga mereka mencekal penerbitannya. Baru empat puluh tahun sesudah meninggalnya sang botanis, karya tersebut dipublikasikan. Rumphius sendiri tidak pernah melihat hasil kerja kerasnya merevolusi ilmu biologi.

Di tempat inilah Rumphius menuntaskan karya-karyanya. Di ceruk jendela kecil Fort Amsterdam itu sang botanis gemar melongokkan kepalanya keluar menikmati laut, sebelum kebutaan mendera. Dari jendela yang sama, saya memandang jauh ke hampar Selat Manipa. Pemandangan yang saya yakin tidak banyak berubah selama lima ratus tahun.

Lumut tebal melapisi sudut terluar balkon benteng tua ini. Norris dan saya keluar ke balkon, merasakan hembusan angin laut dan mengambil sejumlah potret diri. Hari itu kisah hidup Rumphius membukakan satu pelajaran bagi kami akan kecantikan dan keganasan alam Maluku.