Airnya tenang namun terlihat nyaris meluap meluber ke tanah di tepinya. Orang bilang Buyan dan Tamblingan adalah danau kembar. Namun pada kenyataannya Buyan jauh lebih besar dibanding kolega di sebelah baratnya, sekitar tiga kali lebih besar.
Satu-satunya kesamaan yang mampu saya pikirkan tentang keduanya, selain lokasi geografisnya, adalah fakta bahwa keduanya tenggelam di bawah popularitas Danau Bratan, tetangga seberang kompleks yang punya nama tenar Bedugul.
Tetapi jangan salah. Kalah terkenal justru menjadi alasan saya untuk mengunjungi kedua danau cantik di tinggian pegunungan tengah Bali ini. Danau Bratan terlihat anggun dengan airnya yang tenang seakan hendak meluber ke tanah perkampungan di sisinya yang sama tinggi. Sementara Danau Tamblingan menyembul dari balik rentet pepohonan akasia yang membatasi keduanya.
Sepiring pisang bakar dan secangkir kopi susu menjadi teman saya menikmati udara dingin yang sedari tadi memayungi dataran Bedugul. Meskipun perjalanan akan berlanjut ke selatan, sempat tercetus keinginan untuk pergi ke barat, bukan memburu kitab suci, melainkan untuk menjelajah sisi tersembunyi Pulau Bali yang belum sempat dijelajahi. Mungkin di lain waktu saja.