Papua sedang berlari. Mengejar ketertinggalan selama beberapa dekade dari provinsi-provinsi di belahan Indonesia bagian barat. Tidak terkecuali Waisai, kota kecil yang terus berdentum di sana-sini, membuka isolasi dan mengubah setiap sudutnya menjadi arena pembangunan.
“Gedung-gedung pemerintahan ini bangunan baru semua,” ucap Pak Jajang, guru Bahasa Inggris yang mengajar di SMA Negeri 1 Waisai kepada kami siang itu, “Dalam waktu dekat kita juga akan punya bandara, rumah sakit, dan banyak lagi.”
Tidak salah. Waisai tidak lagi berdenyut, melainkan berdentum. Letup-letup pembangunan begitu terasa di setiap sudut kota kecil ini. Bahkan yang membuat saya tidak habis pikir adalah aktivitas kolektif masyarakatnya yang nyaris tanpa istirahat. Lewat pukul satu malam pasar masih ramai!
Waisai sedang bersolek. Dalam waktu kurang dari satu dekade ke depan, saya yakin kota kecil yang memegang tongkat komando Raja Ampat ini akan tumbuh menjadi salah satu kota penting di Papua, bersaing dengan kompatriot-kompatriotnya yang terlebih dahulu tenar. Soal ini biarlah waktu yang berbicara.