Alfred Russell Wallace pernah mendapuk Manado sebagai salah satu yang terindah di belahan bumi timur nusantara. Namun waktu nampaknya tidak terlalu ramah kepada tanah ini.
Manado yang dulu cantik dan anggun, kini riuh dengan kendaraan bermotor dan mikrolet yang semrawut. Pantainya yang terus menerus direklamasi yang mulai merayu datangnya banjir, bukan saja ketika hujan datang namun juga lantaran air laut naik menggenangi boulevard kotanya.
Gurat-gurat kencantikan Manado tentu masih ada. Di senja yang temaram, saya duduk seorang diri di atas kerakal yang terhampar di sisi boulevard, menatap jauh ke laut lepas. Gunung Manado Tua nampak menyembul dari permukaan laut, menghalangi saat-saat terakhir matahari sore.
Bukan. Ini bukan kehadiran saya yang pertama kali ke Manado. Mungkin ini yang ketiga atau keempat, saya tidak ingat, namun kecintaan saya terhadap kota ini membuat saya terus kembali mencumbunya. Terlepas dari segala keruwetan dan kekisruhan yang kini mewarnai lanskapnya.