Makam Tuanku Imam Bonjol

Kepahlawanannya digugat. Meskipun sudah ada konsensus menjadikan dirinya pahlawan, sepak terjang Tuanku Imam Bonjol tidak lepas dari kontroversi. Sosok pemuka agama Islam garis keras ini tak hanya bertempur melawan kompeni di Ranah Minang namun juga merangsek Mandailing dan menewaskan banyak rakyat Batak dalam rangkaian invasi Paderi.

Di dalam bukunya, Onggang Parlindungan memutar ulang rekaman histori kebrutalan pasukan Tuanku Imam Bonjol yang menewaskan tiga dari empat penduduk Mandailing, Bakkara, dan sekitarnya. Dalam catatan dokumenter kontroversial yang pernah dikritisi Hamka itulah saya menemukan banyak sisi kelam Tuanku Imam Bonjol terkuak.

Kisah kepahlawanan di Indonesia tak ubahnya kumpulan romantisasi. Gurat-gurat kisah heroik dijejalkan begitu saja di buku-buku pelajaran dan kisah-kisah sehari-hari hingga kita acapkali lupa bahwa para pahlawan tersebut sejatinya hanyalah manusia biasa. Ah, bukankah setiap bangsa punya hak untuk menafsirkan sejarahnya sendiri?

Sepak terjang Tuanku Imam Bonjol menantang kolonialis Belanda dan suku-suku lain di sekitar ranah Minang memang menjadi kontroversi yang enggan jadi bahasan. Memang tidak sampai ditabukan, namun tidak usahlah diungkit-ungkit lagi, kata mereka. Adapun riwayat sang komandan paderi ini berakhir tatkala Belanda mengepung habis Kota Bonjol.

Imam Bonjol ditangkap, diarak dalam tandu dari Bukittinggi ke Padang, rakyat Minang berbaris mengikutinya menuju ke tanah pembuangan di Minahasa, di ujung Sulawesi ini. Di desa Pineleng inilah beliau menghabiskan sisa hayatnya.

“Hayo, di mana Imam Bonjol dimakamkan?” tanya saya kepada seorang anak berambut jabrik di tepi aspal Pineleng sesaat setelah meninggalkan kompleks makam, hanya beberapa ratus meter dari kuburan sang paderi.

Anak tersebut tersenyum kemudian menjawab lirih, “Padang.”

Hari ini saya berada di makam Tuanku Imam Bonjol. Di balik kisah heroiknya yang menusantara, banyak yang melewatkan ihwal lokasi peristirahatan terakhir sang pahlawan Minang. Bahkan teruntuk warga Minahasa pun, tidak semuanya mengetahui bahwa Imam Bonjol dimakamkan di kampung mereka!