Tidak jauh dari Benteng Santo Lucas, Portugal mendirikan Benteng Santa Lucia. Benteng Santa Lucia yang menghadap pas ke Pulau Tidore ini pada kemudian hari dikenal sebagai Benteng Kayu Merah karena lokasinya terletak di Desa Kayu Merah. Adapun dalam rilis resminya, fortifikasi berusia lima abad ini punya nama Benteng Kalamata, nama tersebut diambil dari nama adik Sultan Madarsyah, yaitu Pangeran Kalamata.
Portugal pernah menanggungkan asa di benteng ini, sebagai satu dari empat benteng sentral di Pulau Ternate. Dibandingkan dengan ketiga kompatriotnya, Benteng Santa Lucia mempunyai peranan unik lantaran posisinya tepat berada di seberang Pulau Tidore. Tujuannya apa lagi kalau bukan sebagai basis pertahanan Portugal menghadapi Spanyol yang bernaung di Tidore.
Secara ukuran, Benteng Kalamata mempunyai konstruksi yang lebih besar dibandingkan Benteng Tolukko. Desainnya berbentuk segi empat yang mengarah ke empat penjuru mata angin dengan empat bastion berujung runcing dan lubang bidik. Dari Benteng Kalamata ini kita dapat menatap lurus ke Pulau Tidore dan Pulau Maitara tanpa terhadalang sesuatu apapun.
Dibangun oleh Francesco Serrao, Benteng Kalamata bertahan nyaris empat abad sebagai basis pertahanan kolonialis. Dari tangan Portugal, sitadel ini sempat beralih ke tangan Belanda dan dipergunakan sebagai basis pertahanan hingga pertengahan abad ke-19.
Benteng Kalamata sempat terbengkalai lumayan lama. Dua dekade silam, pemerintah Republik Indonesia memutuskan untuk merestorasi ulang benteng bersejarah ini dan menambahkan halaman di depan benteng sebagai latar masuk pengunjung.
Pangeran Kalamata sendiri tidak punya sejarah baik dengan Kesultanan Ternate. Adik dari Sultan Madarsyah ini belakangan memberontak dan menggoyang kekuasaan kakaknya sendiri setelah bersekutu dengan Kerajaan Gowa di bawah Sultan Hasanuddin. Belakangan Pangeran Kalamata menjadi salah satu orang kepercayaan Sultan Hasanuddin yang memimpin penyerbuan kerajaan-kerajaan kecil di Bungku, Banggai, dan Kepulauan Sula.
Pagi itu saya mengunjungi Benteng Kalamata seorang diri dengan berjalan kaki menyusuri pantai Pulau Ternate. Hari ini adalah Hari Raya Idul Fitri sehingga saya tidak bisa mengajak Awhy untuk menjelajah. Demikian pula keadaan benteng ini terlihat kosong tiada seorang pun di dalamnya. Biarlah saya memanfaatkan momen ini untuk menikmati Benteng Kalamata dalam kesendirian.