Batang-batang pinus nan julang mengingatkan saya kepada sebuah perjalanan yang telah lewat di kaki Malino, Sulawesi Selatan. Sepeda motor besar saya pacu melewati lekuk-lekuk aspal mulus yang membelah hutan cemara nan rimbun di himpitan tebing Gunung Merbabu ini.
Kopeng pernah punya nama besar.
Namun entah ke mana pesona masa silamnya kini. Yang tersisa hanyalah taman-taman bermain usang dengan wahana yang telah berkarat. Luasan area yang dikelola oleh Perum Perhutani ini seakan mati ditelan zaman, tidak berdaya lagi menopang nama besarnya sendiri di masa silam.
Hampir dua puluh tahun yang lewat, saya pernah bersinggah di tempat ini. Saya ingat benar pemandangan lereng Merbabu nan cantik di tengah dinginnya udara gunung, beserta dengan wajah-wajah remaja yang menghimpit sigaret di antara kedua bibirnya.
Sisi baiknya, anak-anak kecil perokok itu tidak terlihat lagi di paparan tanah ini. Namun Kopeng seakan turut mati bersama menghilangnya mereka, teronggok dan tertinggalkan.