Menyusuri jalan Asia-Afrika seakan dibawa menyelami sejarah Kota Bandung. Dari awal berdirinya ketika Herman Wilhelm Daendels menancapkan tongkatnya di sudut jalan ini hingga ketika Ridwan Kamil membangun gapura putih di hadap Masjid Raya. Gedung Merdeka pada suatu masa pernah membawa nama Jalan Asia-Afrika mendunia. Tidak hanya sebagai arteri Bandung melainkan juga sebagai emplasemen perubahan roda sejarah dunia.
Bandung sampai kini dengan bangganya mendapuk diri sebagai ibukota dari negara-negara Asia dan Afrika, apalagi jika bukan lantaran konferensi maha besar yang pernah berlangsung setengah abad silam. Menyusuri jalan Asia-Afrika kini memang tak ubahnya menyusuri cermin sejarah kota ini.
Gambar-gambar lukisan Presiden Soekarno terpampang di beberapa sudut kota ketika saya berjalan kaki seorang diri menyusuri tepian jalan nan ramai ini. Sementara di kanan kiri jalan yang sebelumnya pernah menjadi lintasan bagi para pemimpin dunia kini menjadi etalase anak muda dengan hantu-hantu cosplay yang bergentayangan.
Saya berusaha mengingat kembali masa-masa kuliah dulu. Jalan Asia Afrika belum secantik sekarang, namun juga belum seriuh dan sepadat sekarang. Gedung-gedung yang ada di kanan kiri jalan ini dulunya berlumut, catnya terkelupas, dan hampir rubuh. Sementar itu di tepi sungainya saya bisa menyepi seorang diri. Sekarang tidak lagi. Gedung-gedung sudah direstorasi dan dipercantik namun demikian pula sungainya sudah tidak punya nuansa sepi. Nyaris empat lusin manusia nongkrong di sana siang itu.
Dengan langkah-langkah kecil, saya melanjutkan perjalanan menuju ke Jalan Braga. Di setiap tikung-tikung jalannya ini saya teringat kembali masa-masa ketika dulu harus berhemat dengan makan di warung tepi jalan dan kemudian membungkus setengahnya untuk makan malam. Di sana sekarang warung itu sudah tidak ada lagi, tergantikan oleh sebuah kafe berdinding kaca dengan tepian kayu pelitur.
“Biasa ngopi di mana, Mas?” celetuk seorang pemuda kerempeng berkacamata ketika melihat saya duduk di salah satu sudut ruangan kafe kecil itu. Dan mulailah diskusi kami berlanjut.