Disambut Bakso Babi Toraja

Kami hanya mendapat dua opsi, kerbau atau babi. Rudy dan saya akhirnya sepakat memilih babi sebagai makan pagi, mungkin karena kami merasa lebih familiar dengan rasanya.

Perjalanan semalam suntuk dari Makassar dengan bus yang nyaman mengantarkan kami di sentra kota Rantepao. Di kota inilah seantero logistik untuk menyusuri Tana Toraja biasanya dipersiapkan oleh para penjelajah, termasuk di antaranya fasilitas akomodasi dan persewaan sepeda motor.

“Bakso babinya agak alot,” komentar Rudy tentang makanan pertamanya di Toraja.

“Mungkin memang karakter di sini seperti itu,” terka saya, “Beda dengan standar Tionghoa yang makan babi dimasak sampai empuk. Namanya juga beda budaya.”

Yang jelas saya tidak banyak berpikir ihwal sarapan ini. Pikiran saya melayang tentang bagaimana kami harus mencari akomodasi yang pantas, serta menyewa kendaraan dalam waktu secepatnya agar tidak membuang terlalu banyak waktu. Selebihnya, biarlah bakso babi ini menjadi sambutan Toraja untuk kami berdua.