Bandara ini memang kecil. Tetapi lumayan rame. Sudah berulang kali saya ke Malang namun baru kali ini saya mendarat di bandara ini, lantaran sebiasanya saya selalu memanfaatkan transportasi darat untuk mencapai kota ini.
Saya dan Bayu tiba di bandara ini lebih awal dari jadwal namun karena calon penumpang masih sedikit, kami dapat melakukan proses check-in dengan cepat. Satu-satunya kekecewaan saya di sini adalah ketika kartu kredit Skyz Mandiri saya ternyata tidak punya padanan executive lounge yang bisa dinikmati. Satu-satunya lounge yang ada mengisyaratkan kartu kredit Mandiri Prioritas.
Akhirnya jadilah kami berdua melantai di sebelah sebuah rumah makan. Tepatnya di sisi sebuah tiang besar yang punya colokan listrik. Di situ saya ngesot sembari mengisi ulang batere telepon genggam yang sedari tadi sudah padam.
Bandara Abdul Rachman Saleh terletak pada ketinggian lima ratus meter di atas permukaan air laut. Pelabuhan udara yang awalnya bernama Bandara Bugis ini dibangun Belanda pada periode menjelang Perang Dunia II bersamaan dengan bandara-bandara kelas dua lain, seperti Maguwo dan Panasan. Hampir semua maskapai primer mempunyai rute ke bandara ini, hanya saja untuk siang ini pilihan kami jatuh kepada Sriwijaya Air.