Penerjunan Benny Moerdani

Tujuan Indonesia hanya satu, mengacaukan kekuatan Belanda di Pulau Biak. Apabila Merauke berhasil diinvasi dan diporak-porandakan maka Belanda akan mengerahkan pasukannya ke Merauke dan hal tersebut akan memecah konsentrasi pasukan mereka di Biak. Rencana berikutnya adalah menggempur Biak melalui Operasi Jayawijaya.

Sejatinya lantaran minim persiapan dan serba mengejar waktu, serangan Operasi Naga ke Merauke ini kacau balau. Penerjunan yang awalnya dilakukan di sisi Sungai Maro ternyata salah sasaran lantaran pilot salah mengira Sungai Kumbe sebagai Sungai Maro. Beratnya beban ransel yang harus dibawa para tentara juga berakibat fatal. Beberapa serdadu yang terjun di rawa-rawa harus gugur hanya karena beban yang terlalu berat membuat mereka tenggelam.

Di Kampung Tanah Miring inilah Benny Moerdani selaku komandan pasukan mendaratkan diri di tempat ini. Kontak senjata dengan pasukan Belanda pun tidak terhindarkan. Operasi Naga memang tidak berhasil merebut Merauke namun operasi tersebut berhasil mengacaukan konsentrasi tentara Belanda. Kekuatan pasukan yang tadinya hanya dua kompi pun terpaksa diperkuat menjadi dua batalyon, yang berarti melemahkan kekuatan di Biak.

Selama operasi ini berlangsung, dari dua ratus personel TNI, sebanyak 36 serdadu gugur dan 20 dinyatakan hilang. Benny Moerdani sendiri menjadikan momen ini sebagai awal lompatan kariernya hingga menjadi jenderal bintang empat dan Menteri Pertahanan di kemudian hari. Satu hal yang dapat dipelajari dari peristiwa ini adalah bahwa tanah Papua bukanlah tanah yang mudah ditaklukkan. Alam di sini sama buasnya dengan berondongan peluru musuh.