Di Ambang Benteng Tahula

Puncak Gunung Kie Marijang tersamar sendat-sendat awan putih yang mengambang rendah. Laiknya Ternate yang tumbuh di sekitar kaki Gunung Gamalama, Tidore juga berkembang dari kaki Gunung Kie Marijang yang naungannya membuat matahari serasa terbenam lebih cepat di kota ini. Dari atas benteng uzur peninggalan Spanyol ini saya memandang jauh ke arah lautan lepas yang berlatar perbukitan menghijau Pulau Halmahera.

Adalah Benteng Tahula, fortifikasi Spanyol yang dibangun untuk menggoyang hegemoni Portugis di seberang sana. Permusuhan antara dua bangsa Eropa ini mengamplifikasi sengketa dua kesultanan penguasa Maluku, Ternate dan Tidore. Benteng ini dibangun pada tahun 1610 dengan masa bakti setengah abad sebagai soko guru pertahanan Spanyol di pulau rempah ini.

Kepergian Spanyol pada awal abad ke-18 dan masuknya Belanda membuat benteng ini menjadi bangunan yang tidak bertuan. Belanda pernah punya niat untuk merobohkan bangunan ini namun usulan tersebut ditolak mentah-mentah oleh keluarga Sultan Tidore. Sebagai gantinya Sultan Tidore yang kemudian merawat benteng peninggalan Spanyol ini dan menggunakannya sebagai tempat tinggal.

Berakhirnya era rempah-rempah membuat Belanda menggali kekayaan alam nusantara yang lainnya dan hal tersebut melemahkan prominensi dari Maluku di nusantara. Seiring dengan berjalannya waktu, benteng tua ini pun mengalami deteriorisasi, runtuh satu bagian demi satu bagian, hingga akhirnya diselimuti oleh tetumbuhan perdu.

Saya mencoba untuk menyusuri benteng yang tinggal setengah berbentuk ini. Batu-batunya yang hitam dan besar pun nampaknya sudah begitu banyak yang terlepas dari tempatnya. Pada masanya, benteng ini mempunyai tiga bastion yang terdapat pada masing-masing sudut benteng tetapi sekarang nyaris tidak ada yang masih berbentuk.

“Biasanya orang ke sini, duduk-duduk di atas benteng untuk menunggu matahari terbit,” celetuk Awhy yang secara tidak langsung mengingatkan saya bahwa benteng ini menghadap ke arah timur, “Namun kalau siang hari seperti ini yang ada hanya panas.”