Saya tidak sempat melihatnya. Seharusnya tadi kami melintasi sebuah bola dunia berwarna biru di Bonjol, di tempat inilah garis khatulistiwa membelah Sumatera menjadi dua bagian. Lantaran kurang awas, alih-alih mengabadikan monumen tersebut, saya justru melewatkannya.
Sudahlah. Toh bus ini tidak punya niatan berhenti, apalagi berputar balik. Saya masih setengah menggerutu ketika melihat bus meluncur dengan santai keluar dari Bonjol.
Bonjol adalah daerah yang cukup makmur. Di sinilah pahlawan Tuanku Imam Bonjol berjuang mengusir Belanda di dalam sebuah perang kontroversial bernama Perang Paderi. Kontroversial tentu saja, karena perjuangan sang imam juga mengusik teritori dan hak-hak Kaum Adat Minang.
Sengketa antara Kaum Ulama dan Kaum Adat itulah yang kemudian mewarna historia abad ke-19 Sumatera Barat dan kemudian diperkeruh dengan campur tangan Belanda. Semuanya bermula dari desa yang sarat budaya ini.
Bus masih meluncur kencang. Beberapa jam lagi, saya tiba di Bukittinggi.