Bandung terlihat anggun dari atas sini. Yugie memacu sepeda motor menyusuri jalanan sempit menanjak sementara saya duduk di belakang merapatkan jaket menghadang bekunya udara malam. Sudah sekitar setengah jam kami meninggalkan Saung Angklung Ujo dan bergerak jauh ke utara. Sekarang segalanya terasa bagaikan mengambang di awang-awang.
Inilah Caringin Tilu. Beringin Tiga. Salah satu desa yang terdapat pada tubir cekungan Bandung, tepatnya di lajur Pegunungan Manglayang yang membentengi kota ini dari sisi utara.
Alunan musik Sunda terdengar sayup-sayup menemani orang-orang duduk di saung. Jauh di bawah sana metropolitan Bandung dengan segenap kerlap-kerlip cahaya lampunya terkesan begitu hidup. Sementara di belakang hanya ada kegelapan pekat. Caringin Tilu berdiri di belahan keduanya, seakan-akan menjadi pagar pembatas dua dunia yang sama sekali berbeda.
“Kang,” seru seseorang dari balik meja bambu, “Ini kita sudah mau tutup. Aturan pemerintah sekarang tidak boleh buka dua puluh empat jam. Takut dipakai buat macam-macam.”
Ah, baiklah. Bukan mau macam-macam. Malam itu kami hanya mau satu macam, numpang tidur. Rencana untuk menghabiskan malam di pondok bambu tersebut harus direvisi. Bersama Gugun dan Nanda, kami berempat pun angkat kaki. Beruntung tidak jauh dari tempat tersebut kami menemukan sebuah saung kosong yang sudah ditinggal pulang pemiliknya. Lokasi sempurna untuk melewatkan malam.
Setidaknya hingga dua jam berikutnya.
Sejumlah anjing liar tiba-tiba masuk ke dalam pondok, menggonggong kencang, dan merusak ketenangan tidur kami. Jangan tanya apa maunya mereka karena kami juga belum pernah kursus Bahasa Anjing. Yang jelas semua berlarian ketika anjing-anjing buas itu membuat keributan di dalam. Dan rencana revisi pun menyusul masuk ke daftar agenda gagal.
Lazimnya orang tidak sampai menyusun Plan C, sebagai antisipasi andai Plan A dan Plan B gagal. Namun apabila alam semesta menginginkan kami tidur kedinginan di luar, maka Tuhan tidak akan memberikan Nanda dan mobilnya di tengah-tengah kami.
Dan demikianlah. Malam itu kami tidur di mobil.