“Kamu mau makan apa?” tanya Ferdi kepada saya. Terus terang itu adalah pertanyaan yang sudah barang tentu tidak mampu saya jawab melihat nama-nama masakan yang begitu asing terpampang di depan saya. Tatapan mata saya tertuju kepada dua nama yang tercantum
Nusa Tenggara Barat
Membangun Pariwisata Bungin
Keganjilan Pulau Bungin menjadikannya daya tarik tersendiri di papar utara Pulau Sumbawa. Terlebih lokasinya yang berada pada laluan Pelabuhan Poto Tano dan Kota Sumbawa Besar, sontak saja membuat Pulau Bungin menjadi salah satu destinasi singgahan terfavorit bagi para pelintas yang
Pulau Bungin Terpadat Dunia
Dunia memang sempit. Lebih sempit lagi kalau anda tinggal di Pulau Bungin. Terus terang pada mulanya saya tidak habis pikir bagaimana penduduk pulau ini rela hidup berdesak-desakan di lahan yang jelas-jelas sudah habis. Namun justru itulah menariknya Pulau Bungin, pulau
Melewatkan Museum Nelayan
Adalah Tison Sahabuddin Bungin, anak muda sepantaran saya yang menjadi kebanggaan warga pulau ini. Apalagi kalau bukan lantaran sepak terjang Tison dalam menggerakkan terobosan-terobosan terkait dunia maritim di tanah ini. Tidak hanya di Pulau Bungin sendiri namun hingga ke negara
Menyusur Tanah ke Bungin
Debu-debu setapak dan panas terik matahari berbaur menjadi satu siang itu. Namun Ferdi dengan penuh percaya diri menggeber sepeda motornya melintasi jalanan desa yang berbatu kerakal di seluar simpang Alas. Laluan demi laluan yang kami susuri berpenghujung pada sebuah sungai
Si Cidomo yang Fenomenal
Barangsiapa pernah tinggal di Lombok lebih dari sepuluh menit, sudah barang pasti dia pernah mendengar istilah cidomo. Sedemikian fenomenalnya hingga Dito dan saya terkurung penasaran dengan etimologi kata yang digunakan untuk menggambarkan kereta kuda di Lombok ini. Cidomo adalah sebuah
Kala Waktu Berjalan Lambat
Rekam perjalanan tiada menggurat tilas yang bahana pada pemirsanya andaikata hanya bermuara pada penggambaran akan keindahan lanskap-lanskap yang ada. Betapa pun baik sebuah cerita dipaparkan dan sebetapapun memukau potret yang ditebarkan, tetap ada bagian-bagian tidak terkisah. Sejatinya sebuah perjalanan bukan
Sepeda Lintas Gili Trawangan
Pada mulanya adalah hasrat. Kemudian tekad dan tanya harga. Entah bagaimana jadinya, sepeda bertiang oranye ini akhirnya sampai di genggaman saya. Jadilah Dito dan saya mengawali pagi hari di Gili Trawangan dengan bersepeda berkeliling pulau. Ya. Untuk mengitari seluruh pulau
Bolehlah Mandi Air Asin
“Airnya asin!” teriak saya sambil terbahak-bahak kepada Dito yang sedang tiduran di teras. Perhentian di kotej kecil Gili Trawangan adalah berkah. Pasalnya sudah dua hari terakhir kami habiskan di perjalanan tanpa kesempatan mandi. Sudah barang tentu tempat pertama yang kami
Penangkaran Penyu dari Gili
Tukik kecil itu menggesek-gesekkan wajahnya di dinding kaca, antara hidungnya dan wajah saya hanya terpisahkan oleh selembar beling tebal kaca akuarium. Di belakangnya ada puluhan, atau mungkin ratusan, tukik yang menggeliat ke sana kemari seakan-akan baru belajar berenang. Saya menatap