Minibus yang setengah catnya terkelupas itu berhenti di hadapan saya. Pak Sopir melongokkan kepala ke arah saya di tepi jalanan Gayo yang siang itu sepi seakan-akan ditinggal kabur separuh penduduknya, “Ke Bener Meriah?” Bener Meriah. Nama yang terkesan ceria itu