Orang sini menyebutnya sie itek, secara harafiah artinya kuah itik. Kuliner khas Bireuen ini punya kuah kental dengan rempah-rempah yang rancak memadu rasa pedas manis yang tiada duanya. Belum makan pun baunya sudah semerbak memenuhi udara restoran yang tidak terlampau
Kab Bireuen
Lagi-Lagi Warung Kopi
Apabila saya berpikir sekembali dari Gayo tidak akan berjumpa kopi untuk sejenak, saya salah besar. Hanya sesaat setelah meninggalkan Takengon dan singgah di Bireuen, saya harus lagi-lagi bertemu dengan kopi. Sama seperti Dataran Tinggi Gayo, warga kawasan dataran rendah ini
Mengunjungi Kota Basis GAM
Damai Itu Indah. Pandangan saya belum bisa lepas dari rentangan spanduk-spanduk hijau di tepi jalan raya yang bertuliskan kata-kata yang sama. Entah berapa banyak spanduk serupa yang saya temukan di sepanjang jalan menuju Bireuen. Bak sebuah konvensi, “Damai Itu Indah”
Bireuen Pernah Jadi Ibukota
Dibandingkan para kompatriot penyandang status ibukota negara, Bireuen boleh dibilang yang paling tidak dikenal. Baik Jakarta, Yogyakarta, maupun Bukittinggi tentu lebih akrab terdengar telinga masyarakat Indonesia dibandingkan dengan kota kecil Aceh yang terletak di simpang Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Takengon