Tanpa konteks tsunami, agaknya susah menjelaskan posisi kapal ini. Jelas bukan karya seni atau lelucon praktikal orang-orang Aceh. Kapal ini bersandar di atap sesudah dihantam gelombang Samudera Hindia dengan lambung berlabuh tepat di atas toilet rumah berlantai dua di Gampong
Kota Banda Aceh
Kendara di Atas Vespa Tua
Ada dikata bahwa yang terpenting dalam hidup adalah pengharapan. Saya hanya berharap agar komponen sekuter ini tidak lepas terpisah-pisah ketika dikendarai melintasi jalanan Banda Aceh yang bergelombang bagai keripik Chitato. Dewi Fortuna masih berada di pihak kami. Saya dan Fathur
Sepenggal Kisah Tsunami
Aceh adalah saudara yang nyaris jadi tetangga. Apalagi kalau bukan gara-gara masalah kesejahteraan. Di tempat ini pemberontakan besar-besaran pernah pecah, menghiasi halaman depan surat kabar selama bertahun-tahun. Lambat laun kesan sengketa pun menjejali benak setiap orang. Menjadikan Aceh identik dengan
Melihat Jeroan PLTD Apung
Dek kapal yang berkarat serasa membara di tengah panasnya siang Banda Aceh. Setiap anak tangga yang saya tapaki mengeluarkan suara berderak-derak memantik rasa was-was. Orang mengenal kapal tanker raksasa ini dengan sebutan PLTD Apung, bekas generator listrik milik PLN Banda
Raksasa di Tengah Kota
Monster ini bersandar tiga mil dari tempat di mana dia seharusnya berada, dermaga Ulee Lheu. Gelombang Lautan Hindia menghempasnya pada suatu pagi dekade silam. Peristiwa lima belas menit itu mengubah peranannya dari sebuah generator listrik bertenaga diesel di ambang lautan
Sisa-Sisa Hantaman Tsunami
Hanya dalam sepuluh menit. Sebuah perjalanan enteng yang sejatinya tidak enteng baru saja kami lakoni di velodrom museum yang didesain oleh Ridwan Kamil ini. Gurat-gurat relief Tari Saman terpapar jelas di sepanjang dinding museum. Bangunan empat lantai seluas 2.500 meter
Sepuluh Menit Museum Tsunami
“Tolonglah, Bu!” sekali lagi saya berusaha membujuknya, “Ayolah, kami sudah datang dari jauh.” Museum Tsunami di Aceh baru saja tutup satu menit yang lalu. Fathur dan saya yang baru saja tiba dari Sabang terus terang terlambat untuk masuk. Namun kami
Nuansa Damai Rumah Allah
Pak Imran melantai beralas marbel yang dingin. Sekilas kerut-kerut di dahinya berkurang ketika dinding masjid meneduhi kami berdua dari terik matahari. “Baiturrahman,” ucapnya parau, “Berarti Rumah milik Yang Maha Pengasih.” Bukan sekedar rumah, Baiturrahman adalah rumah Tuhan. Rumah yang masih