Siang baru saja pungkas. Saya duduk di atas pasir putih Pantai Burung Mandi seorang diri menikmati teduhan pohon yang menahan jerangan matahari yang benar-benar jahanam. Sementara di ujung sana terlihat kapal-kapal nelayan dengan lambung warna-warni diparkirkan seakan tak bertuan. Pantai
Kab Belitung Timur
Kembali ke Vihara Kwan Im
Dari atas sini cakrawala dibelah garis lurus berwarna biru terang. Ada laut di sebelah sana yang menghadap langsung ke Selat Karimata, sementara saya berdiri di atas sebuah teras batu Vihara Dewi Kwan Im di Belitung Timur. Inilah vihara tertua dan
Yang Unik di Museum Kata
Tidak salah apabila museum ini mewakili Laskar Pelangi. Dinding-dinding kayunya dipenuhi dengan ornamen berbagai warna bak pelangi yang kadang menggairahkan namun juga sedikit memusingkan. Adalah Museum Kata Andrea Hirata yang menjadi salah satu atraksi wajib di Belitung Timur saat ini,
Replika SD Laskar Pelangi
Entah dari mana pasir sebanyak itu. Tidak terlihat bahwa Desa Gantong ini lokasinya dekat dengan laut. Sebuah bangunan sekolah yang terlihat mau rubuh dipagari oleh bilah-bilah kayu. Teringat bahwa saya pernah singgah ke tempat ini lima tahun silam dan pada
Melewatkan Senja di Belitung
Burung pertama hinggap di dek kapal. Guratan cahaya malu-malu bersembunyi di balik mendung. Siluet kapal tercetak apik berbaur dengan tenteram perairan Belitung. Awan padat dan pejal berarak tersimak, terpapar cahaya jingga menyala cerah, perlahan redup, dan kemudian padam. Jadilah nyala
Anak-Anak Sinting Belitung
Ini mungkin perjalanan paling sinting yang pernah saya ikuti. Pasalnya salah satu prasyarat persinggahan napak tilas ke Kampung Laskar Pelangi adalah mengenakan seragam sekolah dasar! Jadilah kami bersepuluh mengenakan seragam kebesaran yang kekecilan tipikal anak-anak sekolah dasar kecuali Eka yang