Ayunan jembatan itu beresonansi hingga ke tulang-tulang rusuk. Berserah kepada dua utas kabel, kami berjalan menyeberang Sungai Tangkahan untuk mencapai seberang dari hutan Taman Nasional Gunung Leuser, sementara puluhan meter di bawah, sungai berbatu menganga lebar. Gunung Leuser adalah area
Kab Langkat
Basah-Basah di Tangkahan
Dari liku-liku sungai kecil itulah garis batas digambarkan. Garis tebal pemisah antara rambahan manusia dan wilayah terlindungi. Antara manusia dengan alamnya, antara alam dengan manusianya. Saya berjongkok di bibir Sungai Tangkahan, membasuh wajah dengan airnya yang dingin. Aliran sungai yang
Mandi Gajah ala Spa Mewah
Siapa sangka sikat toilet ternyata punya manfaat lain. Misalnya untuk memandikan gajah. “Tiga ratus ribu saja cukup,” kata si pawang menawarkan sikat toilet ke saya, untuk sebuah kesempatan memandikan gajah. Tiga ratus ribu. Saja. Cukup. Dengan nominal rupiah yang setara,
Jalan Pagi di Tangkahan
Belum pukul enam. Yang melindungi saya dari hembus dinginnya pagi hanyalah selembar kaos dan jaket parasut. Seorang diri saya berjalan menyusuri sungainya yang bergemericik pelan. Beberapa petugas taman nasional nampak sudah bangun pagi-pagi mempersiapkan dedaunan muda untuk pakan gajah. Tangkahan
Melawat Malam di Tangkahan
Enam jam perjalanan menerabas lintasan berbatu perkebunan sawit membuat corak jok Avanza tercetak jelas di pantat saya. Kami merapat di Taman Nasional Gunung Leuser menjelang maghrib. Beberapa ekor gajah Sumatera yang ditangkar tampak baru saja bergegas naik dari papar sungai,