“Ada satu cughup di sana. Tapi jauh. Angker,” celoteh ibu muda tadi terpatah-patah seraya menggendong bayinya dalam dekapan selendang, “Air terjun. Harus jalan lagi dari sini masuk hutan ke sana. Masuk ke dalam.”
“Batu Pijar, Ibu?” tanya saya mengulangi pertanyaan pertama saya.
“Tidak tahu,” ibu itu pun menggeleng pelan kemudian menoleh kepada temannya yang juga membalas dengan gelengan kepala, “Ada beberapa batu besar di sana tetapi saya tidak tahu yang mana. Batu-batu itu batu kuburan purba kah? Saya tidak tahu. Yang saya tahu memang ada beberapa batu besar di sana.”
Hanya ada satu catatan singkat perihal Cughup Ganya di internet, sementara Batu Pijar hanya memberikan dua kembalian. Usaha untuk mengais-ais petunjuk dari penduduk sekitar juga menemui jalan buntu. Satu-satunya sinyal yang saya bisa dapatkan dari semua ini hanyalah sebuah kampung bernama Kota Baru yang kebetulan mempunyai sebuah jalan bernama Cughup Ganya.
Dugaan saya tidak keliru. Perkampungan yang terletak di Lahat ini mepet dengan hutan lebat yang di dalamnya terdapat air terjun yang bahkan penduduk sekitar pun tampaknya enggan mendekati. Namun berhubung saya sudah berjalan kaki empat kilometer ke tempat ini, tentu pencarian tidak akan saya sudahi sampai di sini saja.
Perjalanan dilanjutkan dengan melintasi hamparan alang-alang runduk dan jalanan tanah merah selebar bahu yang meninggalkan jejak ban sepeda motor yang masih anyar. Seharusnya kawasan ini sering dilewati orang dan bukan benar-benar pelosok yang tidak terjamah. Hingga akhirnya tibalah saya di sebuah sungai kecil yang airnya mengalir pelan seakan-akan dulu pernah ada bekas sungai yang kini sudah mengering.
Saya yakin itu adalah Sungai Puntang Kecil, yang mana Cughup Ganya pasti berada pada ujung hulunya. Namun niatan saya untuk mencari air terjun itu saya urungkan setelah melihat ratusan batu besar terserak begitu saja di tanah ini. Saya bukan arkeolog, namun saya yakin bahwa batu-batu megalitikum yang saya cari itu berada di antara sebaran batu-batu ini.
Tidak. Saya tidak berhasil mengidentifikasi batu mana yang merupakan peninggalan manusia purba. Namun saya mengambil gambar nyaris dari semua batu yang ada di sana. Beberapa memang berwujud agak janggal namun hampir semuanya diselimuti lumut hingga susah dikenali. Barangkali lain waktu, saya akan kembali ke sini untuk menemukan objek pencarian saya.