Dari Waisai ke Warsambin

Diperbandingkan dengan Warsambin, Waisai terlihat metropolitan. Desa ini hanya dua puluh atau tiga puluh rumah saja, apabila dihitung keseluruhan mungkin penduduknya hanya sedikit lebih dari seratus orang. Meskipun merupakan bagian de jure dari Provinsi Papua Barat, secara kultural Desa Warsambin, atau Warsanbin, boleh dibilang setengah Maluku.

Penduduk Desa Warsanbin rata-rata bekerja sebagai nelayan. Mereka berlepas dari dermaga kecil yang ada di sisi perairan Teluk Mayalibit, memanfaatkan celah sempit di tengah apitan perbukitan yang membentengi perairan ini untuk menuju ke lautan lepas.

Dari jantung peradaban Pulau Waigeo, yaitu Waisai, Desa Warsambin dapat dicapai dengan dua cara. Pertama melalui laut, dengan perahu motor menyisir paparan Pulau Waigeo. Kedua adalah melalui jalur darat seperti yang kemarin kami lakukan, melintasi jalanan berbatu sepanjang empat puluh kilometer.

“Di Warsambin, semua orang harus libur mencari ikan pada akhir pekan,” terang Pak Hasan, guru asal Makassar yang juga ditugaskan untuk mengajar di Waisai, “Itu untuk menjaga populasi ikan di perairan. Aturan adat harus diikuti oleh semua orang.”

Nama Mayalibit sendiri berasal dari sepasang kata, Maya dari nama sebuah suku yang mendiami daerah tersebut dan Libit berarti teluk. Singkat cerita, menyebut tempat ini dengan nama Teluk Maya sejatinya lebih absah secara linguistik daripada Teluk Mayalibit.

Semalam kami tiba di Desa Warsambin tepat menjelang matahari terbenam. Langit sudah muram kala kami tiba di desa ini. Kehadiran kami ke perkampungan yang diterangi oleh nyala beberapa pendar neon seadanya disambut penduduk desa yang langsung mengerumuni kami. Kepala Desa Warsambin adalah seorang laki-laki tua berkepala botak dengan sisa-sisa rambut keriting putih di kedua sisi kepalanya, beliau mempersilakan kami untuk menginap di dermaga.

Tidur di landas kayu dermaga bukan hal yang buruk. Sama sekali bukan. Berbekal kantung tidur seadanya saya melewatkan malam di tepi perairan yang dingin. Menjelang pukul sepuluh malam, seperti biasa, seluruh listrik dipaksa padam. Langit pun seakan tersingkap dengan ribuan bintang berkerlap-kerlip. Indah sekali.