Gadis-gadis hitam manis itu berdandan dengan coreng-moreng putih di seluruh wajahnya. Kelimanya duduk di sebuah bangku panjang, menatap ke lantai seakan-akan merasa tidak nyaman menjadi tontonan sedemikian banyak orang. Tidak lama kemudian tiga orang pria berbadan tambun duduk di sebelah mereka sembari membawa alat-alat musik tradisional dan modern, mulai dari tifa hingga gitar.
Suara berdengung kencang muncul dari sound system yang nampaknya sudah mulai soak akibat digunakan selama seminggu penuh. Namun para pementas seakan tidak peduli, mereka pun mulai bernyanyi kencang-kencang yang diiringi oleh tepuk tangan para dan sorak sorai penonton. Suara begitu riuh hingga alunan lagu mereka terdengar sayup-sayup agak kemresek di bawah teriakan-teriakan penonton.
Festival Danau Sentani memang selalu ramai. Bahkan boleh dibilang terlampau ramai hingga menyulitkan saya untuk mencerna apa yang sebenarnya sedang berusaha dibawakan oleh para pementas seni. Namun bukan itu inti yang membuat Festival Danau Sentani berbeda, melainkan kemeriahannya dan antusiasme warganya dalam meramaikan acara ini.
Pembawa acara bertubuh tambun dan berkacamata hitam berulang-ulang memperkenalkan para pementas demi pementas, silih berganti dari setiap kampung yang ada di daftar undangan. Berbagai jenis tarian ditampilkan di panggung utama diiringi dengan antusiasme penonton yang seakan tidak peduli bahwa matahari sudah bersinar sedemikian jahanam pada pukul dua siang. Saya mencari sudut terbaik untuk mengambil gambar namun usaha saya tidak membuahkan hasil yang memuaskan lantaran lapangan sudah terlampau penuh.
“Bapa, saya boleh foto?” pinta saya kepada seorang pria tua berpakaian tradisional membawa tombak yang nampak kebingungan di tengah keramaian. Beliau hanya tertawa dan kemudian berpose dengan tersenyum lebar, saya pun memotretnya beberapa kali.
Festival Danau Sentani ini adalah yang pertama kali saya kunjungi, meskipun sejatinya festival serupa sudah berlangsung setiap tahun sejak satu dekade terakhir. Di tanah Papua sendiri, Festival Danau Sentani termasuk dalam tiga festival terbesar selain Festival Lembah Baliem dan Festival Asmat. Satu hal yang pasti, festival ini adalah yang paling meriah dan semrawut.