Karaeng Tunipalangga, Raja Gowa, menamainya Jum Pandan. Dari sanalah kemudian nama Ujung Pandang tercetus dan kemudian menjadi nama kota terbesar di Sulawesi ini. Sitadel bersejarah ini mengalami banyak perombakan. Pernah suatu ketika berwujud seperti kura-kura hingga disebut Benteng Penyu.
Kini benteng yang masih terawat ini menyandang nama borjuis, Fort Rotterdam, senama dengan kota terbesar kedua di Kerajaan Belanda. Tidak terkesan sedikit pun bahwa benteng ini dulunya adalah benteng kerajaan Gowa pada abad ke-16 lantaran setiap bangun-bangun gedungnya terkesan modern, atau setidaknya tidak terlampau renta, sehingga impresi peninggalan kolonialis Belanda begitu terasa.
Adalah Cornelis Speelman yang merombak bangunan ini. Batu-batu karang diambil dari dataran karst Maros dan diangkut menuju paparan Pantai Losari. Dinding-dinding karang diperkuat dan diperluas, hingga akhirnya membentuk sebuah kompleks benteng yang pada kemudian hari menjadi jantung kekuatan Belanda di Pulau Sulawesi.
Sejatinya memang tidak semua bagian benteng ini merupakan peninggalan Belanda dan Gowa. Bangunan-bangunan besar pada bagian dalam kompleks benteng yang berbentuk mirip gedung sekolah ini adalah buah tangan Jepang pada masa pendudukannya yang singkat. Pada periode Perang Dunia II, Fort Rotterdam menjadi episentrum militer Jepang di sebaran Indonesia Timur.
Bersama dengan Rudy, saya berjalan kaki menyusuri taman Fort Rotterdam yang tertata apik. Benteng seakan-akan tiada henti mewarnai catatan perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Sebuah bastion pada hamparan barat daya dahulu dijadikan penjara politik untuk mengurung Pangeran Diponegoro hingga akhir hayat beliau.
Saya termenung. Angin berhembus kencang pada kala kedua kaki saya menapaki bagian atas dinding benteng ini. Panasnya udara siang itu tidak saya hiraukan. Toh saya sudah gosong. Entah mengapa saya begitu tertarik dengan benteng ini, tentang sebuah sitadel tua yang mengalami berbagai masa namun tetap menguasai peran sentralnya. Tidak dipungkiri, Fort Rotterdam adalah totem Makassar di segala zaman.