Adalah dewa guru bernama Resi Kasyapa yang memiliki dua orang istri. Hanya saja salah satu istrinya, Kadru, selalu menaruh rasa cemburu terhadap istri yang lain, Winata. Beberapa tahun kemudian masing-masing istri dikaruniai anak. Kadru memperanakkan Naga sementara Winata memperanakkan Garuda.
Suatu hari kedua istri berselisih dan untuk menyelesaikannya mereka membuat sebuah pertaruhan, menebak warna kuda Ucaihswara, seekor kuda terbang yang wujudnya tidak mereka ketahui. Kadru menebak kuda tersebut berwarna hitam sementara Winata menebak kuda tersebut berwarna putih. Berdasarkan informasi yang didapatkan Kadru dari Naga, anaknya, benar bahwa kuda tersebut berwarna putih.
Maka gelisahlah Kadru mendengar kabar ini.
Di dalam kegelisahan tersebut, Kadru menyusun siasat licik, mengutus anaknya menyembur kuda terbang Ucaihswara dengan racun sehingga warna tubuhnya yang putih menjadi hitam. Benarlah, ketika sang kuda tiba di hadapan Kadru dan Winata, warnanya sudah berubah menjadi hitam akibat pengaruh racun. Winata pun harus mengakui kekalahannya dalam perselisihan tersebut dan mengakibatkan dirinya menjadi tawanan Kadru selama-lamanya kecuali apabila Winata mampu membawa air keabadaian, Tirta Amarta.
Garuda, sang anak Winata, pun menyanggupi permintaan tersebut untuk menyelamatkan ibunya dari tawanan. Maka mulailah Sang Garuda memburu mata air keabadian tersebut. Pada perjalanannya, Garuda kesulitan mendapatkan mata air tersebut namun berkat bantuan Batara Wisnu akhirnya Sang Garuda berhasil mendapatkannya. Sebagai imbalan Garuda menjadi burung tunggangan Batara Wisnu, yang kemudian dikenal sebagai Garuda Wisnu Kencana.
Ketika Winata dibebaskan dan air Tirta Amarta diberikan kepada Kadru dan Naga, Batara Indra tiba-tiba muncul dan merebut air tersebut menyisakan beberapa tetes saja di semak berduri. Naga pun menjilat semak-semak yang tajam tersebut demi mendapatkan airnya hingga akhirnya lidahnya pun terbelah. Itulah mengapa keturunan Naga hingga saat ini mempunyai lidah terbelah.
Mitologi Garuda Wisnu Kencana ini menjadi salah satu kisah pewayangan yang sangat populer. Banyak yang menghubungkan kisah usaha keras Garuda membebaskan ibunya dari perbudakan ini sama seperti usaha keras masyarakat Indonesia membebaskan Ibu Pertiwi dari penjajahan bangsa asing.
Taman kultural yang digarap oleh perusahaan pengembang Alam Sutera ini memang belum selesai, namun daya tariknya sudah mengundang banyak pengunjung yang singgah sekedar untuk menikmati sajian kulturalnya. Saya hanya bisa berharap bahwa secepatnya taman ini terselesaikan dan menjadi ikon baru untuk Pulau Bali.