Parade Gedung Pekanbaru

Olok-olok di kalangan traveler domestik menyebut Pekanbaru sebagai kota yang membosankan, sebuah kota tanpa karakteristik. Bukan hal yang aneh memang, lantaran Pekanbaru adalah jantung perdagangan minyak, bukan kota pariwisata. Sudah barang tentu dapat dimaklumi apabila tidak banyak atraksi wisata di ibukota Provinsi Riau ini.

Tentu saja hal tersebut tak sepenuhnya benar, setidaknya menurut Anas, pejalan lepas asal Banjarmasin yang siang tadi mencoba menyanggah anggapan itu, “Mereka itu tidak tahu. Pekanbaru adalah kota yang punya banyak gedung-gedung bagus. Itu sendiri sudah merupakan daya tarik.”

Anas benar. Salah satu daya tarik Pekanbaru adalah arsitektur modern yang menghiasi seantero kotanya.

Nuansa kemegahan Pekanbaru sebenarnya langsung terasa ketika saya melintasi simpang jalan protokol kota ini, tidak jauh dari posisi Tugu Pesawat, yang kini menjadi Monumen Tari Zapin. Ternampak Kantor Gubernur Riau berdiri angkuh di seberang jalan yang sibuk seperti Sauron Mountain Doom.

Gedung sembilan lantai ini terlihat mentereng di cakrawala Pekanbaru. Pada malam hari apalagi, seluruh dinding kacanya menyala terang bergonta-ganti warna bak Allianz Arena yang pernah saya kunjungi di Munchen. Boleh jadi ini memang erat dengan proyek-proyek masif gubernur sebelumnya yang terjerat kasus korupsi, namun tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan bangunan-bangunan raksasa nan gila ini telah mengubah lanskap kota Pekanbaru.

Belum lagi bangunan lain nan megah di seberangnya, Museum Soeman Hs, yang digadang-gadang sebagai museum terbesar di Indonesia ini berwarna kuning mentereng dengan pilar-pilar bak sebuah buku yang sedang terbuka. Soeman Hasibuan sendiri merupakan pujangga angkatan Balai Pustaka keturunan Batak dan kelahiran Bengkalis yang dikenal oleh novelnya, Perawan di Sarang Penyamun.

Perjalanan saya di Riau kali ini memang bukanlah untuk sebuah wisata, melainkan untuk visitasi ke salah satu klien tambang minyak yang berada tidak jauh dari kota ini. Di sepanjang jalan gedung-gedung megah menjulang tinggi. Mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa Pekanbaru sedang berlari.