Gereja ini adalah tempat ibadah paling awet di nusantara. Gitu sih kata Ikatan Arsitek Indonesia. Entah apa syarat dan pra-syaratnya saya tidak tahu dan tidak pernah diberi tahu. Padahal kalau bicara soal awet-awetan bukankah Candi Borobudur atau Masjid Agung Demak nyata-nyata lebih uzur? Ah, barangkali gara-gara Candi Borobudur pernah direstorasi jadi tidak bisa dibilang awet. Barangkali sih begitu.
Yang jelas Gereja Blenduk adalah ikon Kota Lama Semarang. Ibarat citra Kota Tua Jakarta dengan Stadhuis de Batavia, Kota Lama Semarang lebih sering dicitrakan dengan gambar bangunan gereja gempal ini di selebaran-selebaran turisme mereka. Tidak salah karena gereja ini dilihat dari bentuknya saja memang ikonik.
Pagi ini saya berjalan-jalan di lingkat Kota Lama Semarang. Sekedar mlaku-mlaku cari angin. Di bawah gedung gereja ini ada sebuah bangku taman tempat saya duduk menikmati suasana riuh Kota Lama yang seakan-akan terfilter oleh naungan pohon-pohon runduk di taman ini.
Gereja Blenduk berdiri pada pertengahan abad ke-18. Pada mulanya gereja ini berbentuk bangunan Joglo klasik Jawa Tengah, namun entah siapa yang iseng dan mengubahnya jadi seperti sekarang ini. Kini bangunan gereja yang usianya hampir tiga abad ini masih digunakan untuk misa mingguan jemaat Protestan. Selebihnya, di luar kegiatan keagamaan, ia masih merupakan salah satu totem wisata Semarang.