Apa yang dihancurkan manusia dapat dibangun kembali, namun luka yang digoreskan akan selalu tinggal dalam kenangan. Kerusuhan besar yang melanda Ambon dua dekade silam pernah meratakan gereja ini dengan tanah. Api melalap dinding-dinding rapuhnya yang berusia lima ratus tahun, tidak bersisa.
Sengketa berakhir. Perdamaian tercapai. Dua pihak bersalaman. Gereja tua ini dibangun kembali, berdiri seperti sedia kala, namun misa itu sudah tiada lagi. Tidak ada lagi kebaktian minggu seperti sudah-sudah karena warga Nasrani telah pergi jauh meninggalkan desa ini.
Gereja Imanuel, namanya, dibangun pada tahun 1659 di Desa Hila, Salahutu. Bangunan tua ini sederhana dengan dinding kayu dan tiga jendela di tiap sisinya, namun lantainya sudah ditegel. Di hadapan mimbar pendeta terdapat dua baris kursi kayu yang terlihat masih sering dibersihkan meskipun saya tahu tidak pernah digunakan lagi.
Norris banyak bercerita tentang sejarah gereja tua ini. Saya hanya diam menatap kejauhan. Dari bawah menara loncengnya, di sini, terlihat atap merah Fort Amsterdam berdiri angkuh di ujung sana.