Remah-remah dinding gereja berserakan. Ledakan demi ledakan menghantam tembok rapuhnya ketika armada amfibi Jepang menyeruak, menghancurleburkan Compagnie Menado, yang hanya beranggotakan 188 serdadu Belanda. Prajurit yang tersisa membalas membabi buta, berusaha kabur melindungi nyawa masing-masing ke Tinoor.
Admiral Ibo Takahashi adalah penganut Kristen yang taat. Namun itu tidak cukup baginya untuk mengurungkan invasi besar yang meratakan Gereja Sentrum dengan tanah. Bom demi bom yang dihentakkan pesawat serta artileri kekaisaran menghempaskan sentra-sentra strategis, termasuk rumah ibadah tua ini.
Teater Perang Pasifik dikerek di Indonesia. Dari peninsula Minahasa, perjalanan armada danawa Ibo Takahashi berlanjut hingga ke Ambon, Kendari, Makassar, hingga berakhir di Timor. Seratus empat pula pemuda Belanda tewas terbunuh di tempat ini, ditotemkan oleh sebuah monumen kusam yang teronggok di halaman gereja.
Gereja tua itu sendiri tidak pernah kembali lantaran hancur tidak berbentuk. Di tempatnya kini berdiri sebuah gereja baru yang sama sekali berlainan. Jejak peninggalan Perang Pasifik tidak berbekas, bahkan mungkin tidak banyak yang mengerti bahwa dulu di tempat ini darah pernah membanjir, menandai sebuah peralihan kekuasaan secara paksa.