Kesalahan terbesar kami adalah tiba pukul dua siang. Goa Sunyaragi yang terletak di tepian Kota Cirebon ini benar-benar berada di tanah lapang yang terbuka, nyaris tanpa peneduh apapun. Jadilah kepala ini serasa dijerang di atas wajan penggorengan. Mira dan saya berjalan sembari memicingkan mata ketika cahaya matahari menyorot liar ke seantero lapangan.
Dua kali kami salah pintu masuk ke kawasan ini lantaran hanya mengandalkan GPS untuk menggapainya. Dua kali pula kami harus berputar dari sisi belakang hingga akhirnya menemukan pintu masuk kawasan bersejarah ini. Goa Sunyaragi memang selalu ada pada buku pariwisata Kota Cirebon sebagai salah satu atraksi wajib dari kota ini.
Goa Sunyaragi sejatinya bukanlah sebuah goa. Tempat ini lebih merupakan bangunan bersejarah yang terbuat dari bebatuan karang laut. Sunya di dalam Bahasa Sansekerta berarti sunyi, sementara ragi berarti raga atau tubuh. Dengan kata lain Sunyaragi mempunyai makna harafiah raga yang sepi lantaran tempat ini memang dipergunakan sebagai petilasan bersemedi para bangsawan Kraton Cirebon.
Ada dua kisah sejarah ihwal dibangunnya Goa Sunyaragi, yaitu kisah turun temurun yang lebih dikenal dengan sebutan Carub Kanda dan Caruban Nagari. Menurut versi Caruban Nagari, berdasarkan kitab Caruban Nagari tulisan Pangeran Kararangen tahun 1720, menyebutkan bahwa Goa Sunyaragi ini dibangun oleh Pangeran Kararangen sendiri pada tahun 1703, cicit dari Sunan Gunung Djati. Sementara menurut Caruban Nagari, tamansari dibangun lantaran Pesanggrahan Giri Nur Sapta Rengga beralihfungsi menjadi pemakaman raja-raja pada abad ke-16, jauh lebih awal daripada versi Carub Kanda.
Goa Sunyaragi terdiri atas beberapa bagian bangunan yang sebagian besar sejatinya sudah runtuh. Sisa-sisanya masih menunjukkan wujud yang bisa disaksikan, di antaranya Bangsal Jinem sebagai tempat prajurit berlatih dan Gua Peteng yang digunakan sebagai tempat menyepi dan bertapa untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Sejak pertama kali dipugar pada tahun 1976, kompleks ini terus mengalami restorasi dan perawatan. Mira dan saya menyusuri setiap sudutnya dan mengambil sedikit gambar. Hanya saja panasnya matahari siang itu membuat kami harus rutin berteduh setiap beberapa menit untuk menghindari serangan panas!