“Kamu ingin memotret gunung itu?” tanya Pak Sopir kepada saya yang terlihat menggenggam kamera sembari menerawang ke luar jendela mobil, “Sebentar. Nanti di depan sana ada tikungan yang bagus buat memotret.”
Benarlah kemudian. Mobil diberhentikan di sebuah tikungan, Bukit Serelo terlihat ikonik di seberang Lahat sana dengan alas pepohonan yang terhampar menghijau. Bukit Serelo lebih dikenal sebagai Gunung Jempol lantaran puncaknya yang ramping berbentuk seperti tangan yang sedang mengacungkan jempolnya. Sebagian kecil orang juga menyebutnya sebagai Gunung Telunjuk, meskipun kurang lumrah.
Bukit Serelo sendiri sebenarnya hanya terpisah 20 kilometer dari episenter kota Lahat. Apabila kita berjalan menyisir Sungai Lematang pada pagi hari cerah, maka ada kesempatan untuk menyaksikan siluet Bukit Serelo di kejauhan. Tidak jauh dari kaki bukit ini juga terdapat satu pusat penangkaran Gajah Sumatera. Sayangnya kami tidak berkesempatan untuk berkunjung ke sana.
Tidak dipungkiri bahwa Bukit Serelo dengan wujudnya yang distingtif telah menjadi ikon bagi Lahat. Dapat dipastikan tidak ada seorang pun penduduk Lahat yang tidak mengetahui keberadaan dari bukit ini. Mobil kami pun kembali melaju. Pada sisi jalan terlihat sebuah baliho besar menampilkan wajah sang bupati dengan latar belakang pemandangan, apalagi kalau bukan, Gunung Jempol.