Pak Tua adalah julukan yang disematkan untuk Gunung Patuha atau Gunung Sepuh. Disebut demikian karena masyarakat lokal pada zaman dahulu percaya bahwa pada atap-atap gunung inilah arwah para leluluh mereka bersemayam. Atap yang senantiasa tertutup oleh kabut tebal dan tidak seekor burung pun yang berani terbang mendekat ke atasnya.
Terlepas dari mitos, sebutan tersebut tidak sepenuhnya salah. Gunung Patuha memang merupakan salah satu gunung tersepuh yang ada pada luasan Dataran Tinggi Priangan. Gunung ini sudah mencuat ke daratan tatkala sebagian besar dataran tinggi di Priangan masih berada pada dasar samudera. Aktivitas tektonis menyebabkan gunung ini menyembul ke permukaan menghasilkan sebuah daratan yang terbentang dari Pangalengan hingga ke Ciwidey pada ujung yang lainnya.
Gunung setinggi 2.434 meter di atas permukaan laut ini pernah dua kali meletus. Jauh di masa silam tentunya, yaitu abad ke-10 dan ke-13, pada periode Kerajaan Sunda Galuh. Letusan pertama meninggalkan sebuah kawah besar pada sisi barat gunung tua ini, yang kemudian mengering hingga dinamai Kawah Saat. Di dalam Bahasa Sunda, ‘saat’ artinya kering. Sedangkan letusan kedua menghasilkan cekungan kawah lainnya yang digenangi air hingga membentuk sebuah danau yang airnya berwarna putih kehijauan.
Pada mulanya keberadaan danau kawah ini tidak diketahui orang. Masyarakat Ciwidey mengkultuskan kawasan ini yang mereka percaya sebagai tempat bersemayam arwah nenek moyang orang Sunda. Jangankan manusia, burung-burung pun tidak berani mendekat.
Adalah Franz Wilhelm Junghuhn yang menemukan kawah ini berkat rasa penasarannya. Sang ilmuwan tidak habis pikir mengapa burung-burung tidak berani mendekat ke puncak Gunung Patuha, maka dilakukannyalah sebuah ekspedisi menuju ke kawasan tersebut. Dan ternyata ditemukannya danau hasil aktivitas vulkanis abad ke-13 itu yang senantiasa mengeluarkan bau belerang sangat menyengat hingga burung-burung tidak berani mendekat. Masyarakat kemudian mengenal danau tersebut dengan sebutan Kawah Putih.
Apabila Gunung Patuha dan Kawah Putih pada masa silam begitu ditakuti dan menyimpan banyak misteri, kini keduanya malah menjadi magnet bagi wilayah selatan Bandung. Kawah Putih menjadi salah satu lokasi paling favorit untuk kegiatan pre-wedding bagi muda-mudi yang segera melangsungkan pernikahan, demikian pula lereng Gunung Patuha menjadi lokasi perkemahan yang lumrah bagi anak-anak muda.
Gunung Patuha adalah salah satu lokasi favorit untuk menyepi ketika saya masih kuliah di STT Telkom. Untuk mencapainya pun cukup mudah, hanya dengan berkendara melintasi kawasan Soreang kita dapat mencapainya dalam waktu kurang dari dua jam. Sekarang dengan kondisi jalan yang jauh lebih mulus, rasanya waktu tempuh pun semakin terpangkas.