Di Fatumnasi, matahari terbit pukul lima lebih sedikit. Urusan mau apa setelah itu dioper ke masing-masing pribadi. Lumrahnya penduduk Fatumnasi pergi berkebun atau memberi makan hewan ternak di padang, namun bagi saya kesempatan untuk menyepi dan menikmati dinginnya Fatumnasi tentu bak gayung bersambut.
Pada pagi hari, Fatumnasi selalu senyap. Jauh dari kesan keramaian yang lazim saya rasakan di Jakarta.
Beberapa orang nampak berpakaian rapi berjalan mendaki setapak yang naik turun perbukitan. Saya melempar senyum dan mereka pun kompak membalasnya. Memang setiap hari Minggu, warga Fatumnasi mengenakan pakaian terbaik mereka untuk berangkat ke gereja. Semalam pesta tahun baru yang meriah di gereja bersama kepala suku, Pak Mateos Anin, masih membuat kepala saya sedikit pening pagi ini.
Saya mencoba untuk menghindari jalanan utama, menghindari bertemu dengan rombongan penduduk desa, karena saya memang ingin menyepikan diri dari keramaian. Di atas sebuah bukit kecil yang tidak jauh dari rumah Pak Mateos Anin, saya duduk sembari merapatkan jaket melawan udara pagi yang dingin. Kabut tipis nampak menyelimuti atap-atap perbukitan seantero Fatumnasi.
Di tempat saya duduk sekarang hanya ada saya bersama seekor sapi yang nampaknya tidak mempedulikan kehadiran saya. Barulah ketika saya melemparkan kerikil kecil ke arahnya, sapi tersebut menoleh. Kemudian terdiam. Saya tertawa kecil dan melanjutkan perjalanan semakin jauh ke dalam hutan Mutis.
Mutis adalah puncak bagi Pulau Timor. Di kawasan ini masih tersimpan alam yang sangat perawan, udaranya yang dingin membuat saya abai dengan rutinitas yang kerap mengikat saya selama di Jakarta. Setidaknya orang di sini hidup dengan tekanan jauh lebih ringan, namun saya bisa saja salah sebab baru saja saya mendengar penduduk desa seru membicarakan tentang terorisme.
Terorisme tentu saja realita yang sangat jauh dari Fatumnasi, tetapi warga di sini terpapar oleh informasi yang sama dengan yang apa saya dapatkan di Jakarta. Tidak mengherankan apabila pembahasan tentang sesuatu yang alien itu pun bisa jadi seru di sini. Ah, sudahlah.