Satu kali itu kejadian. Dua kali itu kebetulan. Tiga kali itu berarti memang benar adanya. Di sepanjang jalan Pak Sopir terus bercerita tentang bagaimana seramnya lintasan Empat Lawang pada masa yang belum terlalu lampau. Beberapa tahun yang lalu jalur ini penuh dengan bandit-bandit jalanan. Sore sedikit maka tidak ada yang berani lewat.
Namun seiring dengan pembangunan jalan raya yang membelah kawasan ini, yang menghubungkan antara Lubuklinggau dengan Pagaralam, maka kawasan ini perlahan-lahan mulai terbuka. Belum lagi dimekarkannya Kabupaten Empat Lawang dari induknya memang sedikit banyak berhasil membuat fokus pemerintah ke kawasan ini meningkat. Bandit-bandit itu semakin terpinggirkan dan jalanan pun semakin berkurang tingkat keangkerannya.
“Dulu kalau saya ke sini, lewat jam empat sore sudah serba cemas,” ucap Pak Sopir menanggapi rentetan pertanyaan dari saya. Kanan kiri jalan hanya terlihat hamparan rerumputan setinggi kepala manusia dewasa. Dari balik rerumputan tersebut kadangkala para bandit bersembunyi menunggu kendaraan-kendaraan melintas untuk kemudian disergap.
Dalam banyak kasus, mereka menggunakan batang pohon besar untuk menghalangi jalan sehingga mobil-mobil tidak bisa melintas. Dari sana kemudian pemalakan pun terjadi. Para sopir ditarik iuran yang besar untuk menyingkirkan pohon tersebut dari badan jalan. Dalam kasus yang lebih ekstrim, perampokan pun tidak jarang terjadi.
Sungai Musi mengalir sampai ke sini. Meskipun tempat ini jauh sekali dari Palembang namun aliran Musi yang nyaris memotong Pulau Sumatera itu terlihat masih deras. Tidak banyak sarana penyeberangan di sini, yang terlihat hanyalah tebing-tebing curam dengan sungai yang beraliran deras di bawah. Beberapa kali terdapat jembatan megah penghubung antar kampung, tetapi hampir semua terlihat masih baru.
Mobil terus dipacu melintasi jalanan yang terhimpit rerumputan tinggi. Beberapa orang nampak berjalan di tepi rerumputan sembari membawa parang, sebuah alat yang wajar untuk menghidupi diri di hutan seperti ini. Namun saya juga bisa paham bagaimana konflik bersenjata tajam mudah sekali pecah dengan bawaan seperti itu.