Melintas Jembatan Makalam

“Makalam itu singkatan dari Makam Lama,” terang Bella kepada saya ketika kami berdua berjalan kaki melintasi jembatan berdinding merah ini di bawah guyuran gerimis yang sedari pagi membasuh Kota Jambi, “Namun entah di mana makamnya.”

Pertanyaan tersebut barulah terjawab setelah kami mendapatkan taksi yang mana sopirnya kemudian menjelaskan akan keberadaan sebuah makam tua yang terdapat di bagian bawah jembatan tersebut. Namun beberapa kuburan di sana sebagian besar telah dipindahkan ke tempat lain, termasuk beberapa di antaranya ke kawasan di tepian Danau Sipin. Meskipun demikian istilah Makalam sebenarnya bukanlah Makam Lama, itu hanyalah otak-atik warga sekitar. Nama Makalam diambil dari nama walikota pertama Jambi yang menjabat tahun 1946 hingga 1948.

Jembatan Makalam merupakan satu dari tiga jembatan paling terkenal yang membelah Kota Jambi, dua yang lainnya adalah Jembatan Gentala Arasy dan Jembatan Batanghari II. Jembatan ini sendiri menghubungkan antara kawasan Cempaka Putih dengan Simpang Kapuk.

Makam yang terdapat di kaki jembatan ini sudah ada semenjak zaman Belanda. Daerah ini pun masih dianggap angker hingga saat ini dan sering terjadi kecelakaan pada kedua ujung jembatan. Meskipun menurut saya kecelakaan tersebut lebih disebabkan karena keruwetan lalu lintas yang terdapat pada bundaran yang terletak di ujung jembatan.