Ayunan jembatan itu beresonansi hingga ke tulang-tulang rusuk. Berserah kepada dua utas kabel, kami berjalan menyeberang Sungai Tangkahan untuk mencapai seberang dari hutan Taman Nasional Gunung Leuser, sementara puluhan meter di bawah, sungai berbatu menganga lebar.
Gunung Leuser adalah area terproteksi dari rambahan manusia, sempalan taman nasional yang masuk ke dalam teritori spesies harimau Sumatera. Sayangnya, atau untungnya, kemarin kami tidak bertemu satu ekor pun harimau. Di tengah ruang hidup mereka yang semakin sempit, jejak harimau acap berpotongan dengan lintasan manusia. Sebuah perjumpaan yang tidak seharusnya.
Maksimal enam orang, pampang papan peringatan jembatan pada hadapan kami. Rule of thumb. Bukan waktunya berdebat enam orang yang dimaksud adalah seukuran apa, pria atau wanita, dan berapa berat badannya. Kami memang berenam. Apapun itu derak-derak jembatan yang berbaur dengan gemericik air sungai di bawah adalah kombinasi yang agaknya cukup mengkhawatirkan.
Penyeberangan jembatan sekaligus menjadi penutupan perjalanan. Laksana operet, maka inilah momen tirai diturunkan. Penonton pulang dengan membawa segudang cerita. Sampai jumpa lagi, Tangkahan!