Ditampung di Kantor TVRI

Entah sudah berapa lama saya tidak menonton TVRI. Satu-satunya hubungan antara saya dan TVRI adalah ketika mereka berbaik hati untuk menampung saya di kantor Manado. Stasiun pusat TVRI Sulawesi Utara menjadi peneduhan selama dua malam selama berkeliaran di luasan wilayah Manado. Atau tepatnya, hotel dadakan.

Hotel TVRI ini tanpa bintang tentunya. Terkecuali apabila saya berjalan kaki keluar dan memanjat tower pemancarnya, di atasan perbukitan Banjer ini seantero wilayah Manado terlihat gemerlap dari atas. Namun selebihnya jangan berharap banyak, sebab destinasi stasiun siaran ini jauh dari mana-mana, tanpa tempat pelampiasan atau penghiburan diri, selain menonton TVRI.

Persinggahan saya di stasiun televisi arkais ini tentu saja hanya dapat dilakukan pada malam hari ketika seluruh aktivitas kantor sudah berakhir. Di tempat ini Randy yang kebetulan bekerja untuk TVRI menampung saya dengan menyediakan sebadan sofa untuk didiami.

Selebihnya aktivitas yang saya jalani di TVRI adalah eksplorasi ruang-ruang siaran dan bermain musik bersama anak-anak. Bukan pilihan yang keliru lantaran tempat ini jauh dari pemukiman sekitar alhasil kami bisa bernyanyi keras-keras tanpa menerima komplain dari tetangga meskipun mengeluarkan suara-suara seperti binatang kesakitan.

Lima hari empat malam saya berada di ibukota Sulawesi Utara. Ini barangkali perjumpaan saya yang kedua atau ketiga dengan kota ini. Alfred Russell Wallace pernah menyebut kota ini sebagai yang terindah di belah timur Indonesia, namun nampaknya waktu sudah tidak terlampau ramah terhadap Manado.

“Malam ini kan malam terakhir di sini,” kata Randy, “Dan besok kamu harus ke bandara pagi-pagi, kasih tahu saja Haidir biar dia yang mengantar dirimu ke bandara.”