Sekilas Tentang Kayu Aro

Darjeeling memang bukan. Namun sebaran perkebunan teh luasan Kayu Aro yang menghampar hingga lereng-lereng Kerinci memang mengingatkan saya kepada eloknya Benggala Barat. Konon seluruh bibit teh yang ada di perkebunan ini pada mulanya dibawa dari Assam oleh kolonialis.

Dari sanalah para meneer membuka alam liar Kerinci dan membawa buruh-buruh kasar dari Jawa untuk diperkerjakan di perkebunan teh itu. Empat atau lima generasi para buruh tinggal di dusun Kersik Tuo, mengerjakan keseharian yang sama sepanjang abad, menanam, merawat, memanen, dan memproduksi teh yang katanya berkualitas nomor satu di Indonesia.

Kayu Aro bukan saja desa yang menghidupi diri dari teh, ia bahkan lahir dari teh itu sendiri.

Saya berjalan membuntuti Pak Kasman ke arah gudang teh di samping kebun. Sehampar daun teh dibiarkan berserak di atas papan, kemudian dialiri udara panas dari bawah. Hembus-hembus udara panas mengeringkan dedaunan tersebut, membebaskannya dari kandungan air. Sementara seorang petugas nampak sibuk membolak-balikkan daun teh agar layunya merata.

Setelah dikeringkan, bubuk teh dipisahkan berdasarkan kualitas kemudian dimasukkan ke dalam kantong-kantong setengah kuintal. Lebih besar daripada sak semen. Selusin perempuan tampak asyik menginjak-injak kantong teh tersebut agar isi kantong yang gembur menjadi lebih padat sebelum diangkut satu per satu ke dalam bak truk.

“Ya, memang sudah berpuluh-puluh tahun mereka bekerja seperti itu,” kata Pak Subandi sembari menyeduh teh untuk kami di rumahnya yang tidak jauh dari Tugu Macan Kayo Aro, “Semuanya adalah orang Jawa di sini, namun mayoritas belum pernah ke Jawa. Saya sendiri ke Jawa terakhir kali juga beberapa tahun yang lalu.”

Wahyu dan saya hanya mampu tersenyum simpul. Aroma kental teh hitam menyeruak memenuhi ruangan, saya pun menyesapnya sedikit demi sedikit. Jarang kita bisa mendapatkan teh kualitas premium dari Kayu Aro, lantaran teh-teh kualitas pertama biasanya diekspor ke Eropa, jauh dari lidah-lidah para penikmat teh Indonesia. Sayang sekali.