“Aneh itu deket tempat saya kerja, tetapi saya malah belum tahu ada Museum Kayu di Sampit,” celetuk Sandra ketika berdiskusi dengan saya lewat telepon siang itu. Sandra adalah seorang sahabat dari komunitas Quora yang bekerja di sebuah klinik kecantikan di Kota Sampit, sudah barang tentu kunjungan saya ke Museum Kayu ini bukan sesuatu yang lazim.
Museum Kayu Sampit terletak tidak jauh dari taman pusat kota. Gedungnya lumayan besar apabila dilihat dari luar, terdapat dua tiang besar mirip pendopo di bagian depannya yang dihiasi oleh dua perisai berukir-ukiran Dayak. Di bagian dalamnya singup, sepertinya memang tidak ada penjaganya.
Seorang ibu muda duduk di anak tangga tersenyum lebar ketika saya berkunjung, “Silakan, Mas! Sebenarnya saya mau tutup tapi masnya bisa jalan-jalan saja dulu sambil lihat-lihat.” dan demikianlah saya berputar museum ini sementara si ibu penjaga museum tadi menunggui di bawah. Sejujurnya ini bukan pertama kalinya saya mengunjungi sebuah museum yang dibuka eksklusif untuk saya.
Yang jelas Museum Kayu Sampit penuh dengan barang besar. Pertama tentu saja potongan batang pohon berukuran besar sekali. Meskipun ini bukan apa-apanya dibandingkan dengan Sequoia yang pernah saya lingkari di Yosemite National Park, tetapi pohon dengan diameter nyaris tiga meter ini bukanlah sesuatu yang umum bisa dilihat.
Selain pohon dan berbagai jenis kayu, Museum Kayu Sampit juga menyimpan satu rangkaian kerangka paus. Barangkali paus ini dulunya terdampar di pesisir Laut Jawa dan berakhir di tempat ini. Tidak hanya itu, Museum Kayu Sampit juga menampilkan wajah-wajah para bupati dan orang-orang penting Kotawaringin Timur. Entah apa maksudnya. Yang jelas museum kayu ini tampil gado-gado.
Hanya perlu waktu dua puluh menit untuk menjelajah isinya. Saya meninggalkan museum ini dan berpamitan dengan ibu penjaga museum. Tidak lama kemudian beliau mengikuti saya keluar dan menggembok pintunya. Memang masih jauh dari layak, namun untuk daerah seukuran ini keberadaan sebuah museum sudah menjadi sebuah nilai plus yang luar biasa.