Saya hanya mengangkasa selama delapan belas menit. Penerbangan dari Nunukan ke Tarakan boleh kita bilang singkat namun lumrah untuk ukuran perjalanan regional antar pulau. Pesawat Kalstar yang saya tumpangi tinggal landas dari Bandara Nunukan tepat tengah hari dan tiba di Bandara Juwata sebelum pukul setengah satu.
Penerbangan saya berikutnya ke Balikpapan akan berlepas menjelang pukul lima, yang artinya saya punya waktu empat jam untuk setidaknya mengisi perut terlebih dahulu. Salah satu yang menarik minat saya adalah kepiting soka yang dijual di salah satu restoran di bandara.
Kepiting soka adalah kepiting bercangkang lunak yang menjadi kuliner khas Tarakan. Lazimnya digoreng atau dimasak sebagai pelengkap nasi goreng. Alih-alih merepotkan layaknya hidangan kepiting pada umumnya, kepiting soka goreng justru mudah dimakan sebab dagingnya lembut dan cangkangnya lunak. Istilahnya tidak makan tanpa perlu memecah cangkang sana sini.
Harganya sih lumayan mahal untuk ukuran sebuah makan siang di Kota Tarakan, lima puluh ribu rupiah sekedar untuk sepiring nasi goreng kepiting dan beberapa potong kepiting goreng. Itu pun belum termasuk minum. Namun rasanya boleh lah untuk diulangi lagi di lain waktu.