Luwuk dan Mimpi Kolonodale

Hanya tinggal soal waktu Kabupaten Morowali Utara akan menjadi bagian dari provinsi baru, Sulawesi Timur. Kota Kolonodale yang berdiam di tepi Teluk Tomori bersiap mengubah arah tatapan komandonya dari barat ke timur, dari Kota Palu ke Kota Luwuk, ibukota provinsi yang baru.

“Sebenarnya secara kontur wilayah Kolonodale itu mirip dengan Luwuk,” cetuk Pak Gatot yang menemani saya berkendara di atas bukit pada malam itu, “Hanya saja Luwuk sudah begitu maju sementara kami baru mau mulai. Semoga saja di kemudian hari Kolonodale bisa menjadi kota pelabuhan yang ramai dan maju seperti Luwuk.”

Pak Gatot adalah blasteran Jawa-Mori yang mendiami Morowali semenjak empat puluh tahun silam. Beliau menyaksikan bagaimana Kota Kolonodale pernah menjadi ibukota Kabupaten Morowali sebelum akhirnya dipindahkan ke Kota Bungku. Ketika Kabupaten Morowali dipecah menjadi dua, Kota Kolonodale kembali menjadi ibukota kabupaten teruntuk distrik juvenil Morowali Utara.

Bagi daerah-daerah di semenanjung timur Sulawesi yang terisolasi, tidak ada kisah sukses yang lebih besar daripada Luwuk. Kota Luwuk yang berada di seberang Kepulauan Banggai mendominasi roda ekonomi dari kabupaten-kabupaten di sekitarnya. Kabupaten kecil yang tadinya kurang relevan itu tumbuh nyaris tembus tujuh belas persen per tahun. Sebuah angka fantastis yang membuat Kota Luwuk menjadi episentrum baru di Sulawesi dan sebentar lagi menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Timur.

Singkat cerita Kota Luwuk menjadi inspirasi bagi daerah-daerah sekitarnya, sebuah kisah sukses yang tidak disangka-sangka.

“Kolonodale tentu masih jauh ke sana,” ucap Pak Gatot lagi, “Namun kami akan berjuang untuk memperkenalkan daerah ini, menggenjot pariwisata, dan menggerakkan ekonomi.”

Harus diakui bahwa Kolonodale punya potensi luar biasa. Sebuah bandar udara anyar dibangun di Morowali terang saja akan memudahkan akses keluar masuk ke daerah ini nantinya. Barangkali kisah bagaimana saya harus berjibaku selama tiga puluh enam jam untuk mencapai tanah ini dari Jakarta hanya akan menjadi kenangan. Itu langkah pertama, selanjutnya bergantung kepada bagaimana kota kecil yang elok ini sanggup memaksimalkan potensinya.