Mobil yang bermasalah membuat kami terdampar di sini. Tepat di sisi sebuah taman makam pahlawan, yang jika tidak salah juga merupakan peristirahatan terakhir Radin Inten II. Insting pejalan satu kelompok besar ini langsung membawa kami menjelajah dan berfoto-foto, aneh memang lantaran ini bukan bagian dari perjalanan yang direncanakan.
Taman Makam Pahlawan sebenarnya bukan sesuatu yang janggal di Lampung. Masyarakat Lampung mengalami banyak perjuangan berskala kecil maupun besar dalam melawan kekuatan kolonialis londo. Para pejuang yang gugur dikuburkan di tanah ini, yang berikutnya menjelma menjadi kober sunyi senyap di tepi jalan desa.
Sekembali dari Gunung Krakatau, atau tepatnya Pulau Sebesi, kami melewati perjalanan yang brutal di paparan Selat Sunda. Hal itu masih harus disambung dengan perjalanan darat yang penuh masalah untuk menuju ke penyeberangan Bakauheuni. Berat memang. Namun cita-cita kami hanya satu, untuk tiba di Jakarta sebelum kembali ke rutinitas Senin esok.
“Mobilnya sudah bener!” teriak Pak Sopir dengan nada emosional. Kami pun beramai-ramai berlari kembali ke mobil. Waktu masih berkutat di sekitar pukul empat sore, apabila perhitungan saya tidak keliru rasanya masih banyak waktu untuk menggapai Pelabuhan Bakauheuni.