Makam Tua yang Terabaikan

Jerangan matahari senja yang jahanam tidak mengurungkan niat saya untuk menyusuri pekarangan yang terbengkalai di sudut Kota Pangkalpinang ini. Beberapa nisan tua nampak teronggok di sudut-sudutnya, tidak ada yang mempedulikan. Adalah sebuah keajaiban bahwa bongkah-bongkah batu makam ini masih bertahan di sana, setidaknya tidak dicuri orang.

Saya berjongkok di hadap salah satu nisan. Jari-jari saya menyaput lumut kering yang melumuri seluruh permukaan jiratnya, menyibak nama-nama Belanda yang ditatah dengan jelas lengkap dengan atributnya. Overleden. Meninggal. Seratus tahun silam.

Tidak terkesan ada itikad masyarakat maupun pemerintah untuk merawat tanah kober ini. Mungkin teruntuk insan Kota Pangkalpinang sendiri, pekuburan ini tidak lebih dari remeh temeh. Tidak dirusak namun cukup dibiarkan saja, toh siapa yang mau bersusah-susah untuk merawatnya?

Sepuluh atau mungkin lima belas menit saja saya berkeliling pekarangan ini. Suara klakson kendaraan bermotor bersahut-sahutan di sebalik dinding bata memapas suasana syahdu yang nyaris tak bersisa. Saya pun berlalu meninggalkan sisa-sisa tanah pekuburan Belanda yang sudah terlupakan ini. Enggan rasanya menoleh ke belakang.