Dito mengangkat botol air tinggi-tinggi kemudian mengguyurkan isinya ke wajah. Kami duduk termangu di tepi lautan kelam. Di tengah malam buta seperti ini mobil yang kami tumpangi baru saja selip lantas nyusrug di rerumputan sisi jalan. Belum lama kami meninggalkan Paiton dan belum lama pula mobil ini harus parkir di atas tanah berpasir tepian jalan pos.
Saya duduk diam menatap kerlap-kerlip lampu kapal di seberang lautan yang nampak apik. Sementara pak sopir sedang berjibaku mengganti ban. Lucu juga sebab kami ingin membantu namun tidak paham.
Tidak berapa lama mobil kembali siap berjalan menuju ke Banyuwangi, dipacu melibas liuk-liukan aspal mulus di pesisir utara Jawa Timur. Perjalanan panjang dari Surabaya diakhiri di Banyuwangi sebelum matahari terbit, kemudian dilanjutkan dengan kapal penyeberangan untuk mencapai Pulau Bali.
Entah sudah berapa kali saya berlancong ke Pulau Dewata, namun perasaan terkesima itu selalu ada.