Kraton Kecil yang Terlupakan

Apabila bukan karena papan namanya, tidak mungkin saya tahu kalau yang berdiri di hadapan saya ini adalah istana sultan. Bangunan yang sebagian besar terdiri dari kayu berwarna biru sian ini kelihatan baru saja dicat meskipun rancang bangun arsitekturnya seakan tidak sanggup menyembunyikan usia uzurnya.

Alih-alih berharap ada kemeriahan ala kraton-kraton di Pulau Jawa, tanda-tanda kehidupan pun tiada nampak dari bangunan yang seharusnya bersejarah ini. Suwung. Kondiri kraton ini seakan-akan tidak lebih dari sebuah monumen tentang sebuah kesultanan yang pernah ada di masa silam. Melihat catnya yang masih baru dan rumput di halaman yang terpotong rapi, saya mencoba untuk optimis.

Connie berjalan mengitari halaman, sekelompok anak-anak kecil tiba-tiba berlarian masuk ke kompleks kraton dan kemudian duduk sembari bercengkerama di depan tangganya. Seakan-akan mereka memang sudah familiar dengan tempat ini. Saya menanyakan kepada salah satunya apakah kami berdua bisa masuk ke dalam.

“Ada orangnya yang jaga,” sahut anak yang bertubuh paling besar seraya menunjuk kepada sebuah rumah yang bertetangga dengan kompleks kraton kecil ini, “Tetapi tinggalnya di sebelah sana.”

Saya tersenyum dan menuju ke rumah yang dituju. Nampaknya tidak ada siapapun di sana. Beberapa kali saya meneriakkan kata permisi dan mengetuk-ngetuk pintu kayunya namun tidak terdengar balasan. Apakah mungkin memang penjaga kraton ini sedang tidak berada di rumah? Mungkin sudah lama mereka tidak pernah kedatangan pengunjung.

Tidak berapa lama, seorang nenek tua mendongakkan kepala dari pekarangan belakang rumah. Nampaknya beliau baru kembali dari tempat lain dan mendekati kami berdua, “Mau cari siapa?”

“Kami mau ke kraton,” jawab saya, “Apakah diizinkan masuk?”

“Oh, ya! Sebentar-sebentar,” raut muka nenek tersebut berubah menjadi agak panik, dengan tergopoh-gopoh beliau masuk ke dalam rumah kecil di sisi kraton. Beberapa saat kemudian beliau kembali keluar dengan selembar selendang mengikat di lehernya dan mengisyaratkan kami berdua untuk berjalan mengikutinya. Inilah sang penjaga Kraton Mempawah.