Antrean belum terlewat panjang. Dua lembar tiket Merpati ada di genggaman. Petugas check-in maskapai plat merah ini nampak tidak terlalu antusias melayani kami berdua. Tidak mengherankan apabila pada kemudian hari perusahaan penerbangan ini bangkrut.
Demikianlah pagi itu kami terbang dari Denpasar menuju ke Labuan Bajo. Dengan bermodalkan sebuah ransel lusuh dan selembar tiket pesawat, saya memulai perjalanan dua minggu membelah Flores. Agenda yang Lomar susun berdua bersama saya sederhana saja, ikuti alur jalan utama Flores dari barat ke timur, berhenti di setiap kotanya, dan lakukan eksplorasi hingga habisnya waktu.
Karena memang dasarnya kami berdua adalah solo traveler yang mandiri, maka konsep satu kalimat itu sudah cukup untuk menjadi orientasi perjalanan selama dua minggu. Tidak perlu disusun minuteae atau jadwal kegiatan hari demi hari, kami sudah tahu apa saja yang harus kami lakukan di sana.
Baling-baling pesawat berputar kencang. Lomar dan saya adalah dua orang lokal yang berada di tengah lautan orang asing. Saya duduk bersandar ke jendela, menatap gugus-gugus kepulauan yang berserak di bawah sana. Rasanya sudah lama sekali, namun saya masih ingat benar. Bertahun-tahun sejak perjalanan ini saya lakukan, Merpati bangkrut, Komodo berubah menjadi objek mainstream, dan lagi-lagi Jusuf Kalla terpilih sebagai wakil presiden!